Di penghujung senja, di telaga Sukaresik. Aku tetap duduk dan duduk… Sementara, masih saja dia sembunyi di balik jeruji ambisi hati. Malam pun datang penuh bintang. Bulan sabit mengintip di balik atap dangau kerinduan. Angin sepoi membelai kulit mengingatkan kepadamu, kekasih hati. Bulan sabit yang indah temani aku, temani kesepianku ini. Lihatlah hatiku, tercabik-cabik oleh rasa cinta. Lihatlah lukanya, lihatlah… Ingin rasanya aku menangis menahan sakitnya luka ini. Bulan sabit… terangilah hatiku yang gelap gulita, tiada cahaya dan sunyi sekali. Berikan aku indahnya cahayamu. Bulan sabit, lukiskanlah di hatiku keindahan itu, aku merindu. Malam ini, tiada pemandangan yang menyita pandangan mata, kecuali satu ”sang bulan sabit”. Kau membisikkan kata-kata yang indah tentang cinta. Cinta yang tak ‘kan pernah layu oleh waktu. Cinta suci…
Filed under: Puisi Cinta, ambisi, bintang, bulan sabit, cinta, dangau, hati, jeruji, kekasih, langit, malam, rindu, senja, suci, sukaresik, telaga